Minggu, 20 November 2011

Winnie-the-Pooh by A.A. Milne

Kapasitas intelektual anak berkembang mendahului keterampilan motoriknya. Tidak perlu menunggu anak lancar membaca atau menulis sebelum dia mulai menikmati buku-buku bagus. Pelajaran formal menulis dan membaca baru akan kita mulai saat ia berumur enam tahun, tapi sejak dini kita bisa membacakannya karya-karya literatur yang indah, dan sejak kelas satu ia sudah mulai bisa membuat narasi atas karya-karya itu. Kosakata dan keruntutan logika bahasa anak dengan sendirinya akan naik ke standar bacaannya. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 22-32 (8) diterjemahkan oleh Ellen Kristi



Semakin Via besar, saya semakin sering takjub dengan kebenaran hikmat yang dituliskan oleh Charlotte Mason. Saya sering menemukannya bekerja seperti ayat Alkitab. Baca, renungkan, lakukan, dan nikmati hasilnya. Kali ini kekaguman itu datang ketika Via mau dibacakan novel Winnie the Pooh. Saya ingat sekali buku ini saya beli pertama kali saya mencoba membeli buku secara online sekitar dua tahun yang lalu karena mengacu daftar buku Year ) di Situs Ambleside Online. Ketika buku ini datang, saya bingung sendiri, dan bertanya-tanya apakah saya salah seri dari buku yang di sarankan? Bagaimana tidak, buku A.A Milne yang saya terima tebalnya sekitar 150 halaman, dengan kertas cetakan coklat buram, minim gambar dan sama sekali tidak berwarna. Oh, jauh sekali dari bayangan buku yang cocok untuk gadis kecilku yang bulan depan baru berusia 4 tahun. Akhirnya buku itu tersimpan rapi di lemari menunggu untuk di comot. Sekitar tempat hari yang lalu, entah mimpi apa Via mengambil buku itu ketika saatnya bedtime story hampir dimulai. Sambil agak skeptis kami akan menikmati buku itu, sesi read aloud pun dimulai. Ternyata buku A.A Milne benar-benar seperti menyihir kami. Malam itu kami lewati dengan canda membayangkan tingkah Pooh yang sangat lucu, diselingi dengan lagu-lagu yang asik, rasanya sesi read aloud kami sangat sayang untuk disudahi. Saya menyudahi waktu baca kami karena Via sudah terlihat sangat mengantuk, di halaman 10 bab pertama dari chapter book itu. Tidak disangka, besok paginya, hal pertama yang dicari oleh Via sebangunnya dari tidurnya adalah buku Pooh itu. Akhirnya bedtime story berlanjut di morningtime story, yang Vis lanjutkan dengan mencicipi sesendok teh madu. Ini bukan pertama kalinya Via meminum madu, tapi saya tau bahwa pagi itu Via meminum madu dengan sensasi yang berbeda.
Ayah Via melihat minat baca Via itu, sepertinya tersenyum dengan senyuman yang sepertinya meneguhkan bahwa keputusan kami untuk mendidik anak kami secara mandiri adalah keputusan yang terbaik.
Saya pribadi semakin jatuh cinta dengan Charlotte Mason. Dengan hikmatnya, saya seperti memiliki seorang ibu angkat yang sangat bijaksana, yang menuntun saya menyediakan pendidikan terbaik untuk anak kami. I'm proud to say that I'm a CMer! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar