Kamis, 08 November 2012

Membeli Buku Bekas dari Toko Buku Online

Jika anda memutuskan untuk menggunakan metode Charlotte Mason, maka mau tidak mau membuat anda perlu mengenal situs-situs yang menjual buku secara online baik dalam kondisi bekas maupun baru untuk memenuhi kebutuhan Living Book di rumah anda. Saya sendiri mengakui sejak mengenal Living Book, rasanya harus menahan diri dari kalap kalau lihat buku bagus dengan dengan harga murah. Memenuhi kebutuhan LvB di rumah, biasanya saya melakukan perencanaan jangka panjang, yang kemudian pelaksanaan pembelian bukunya saya pecah berdasarkan target waktu dimana buku yang saya rencanakan tadi sudah ada di rumah saya. Mengenai hal ini, akan saya sharing di posting selanjutnya. Kali ini saya ingin berbagi mengenai teknis pembelian buku yang biasanya saya lakukan. Dalam berbelanja LvB dari luar negeri, biasanya saya membaginya dalam dua kondisi.
Berbelanja Buku Baru
Untuk pembelian buku baru, saya selalu membelinya dari bookdepository.com. Saya sudah berkali-kali membeli buku dari situs ini, dengan berbagai kondisi, saya menemukan situs ini selalu memberikan respon yang sangat baik dalam hal menangani keluhan, pertanyaan, cash back jika buku yang diterima tidak sesuai kondisi yang dijanjikan atau pun pengiriman ulang jika buku yang anda pesan tidak juga kunjung datang. Keunggulan utama situs bookdepository ini adalah layanan bebas ongkos kirim ke seluruh dunia seperti Indonesia. Untuk delivery time, biasanya sejak order anda buat sampai akhirnya buku itu tiba di rumah anda, butuh waktu dua sampai tiga minggu. Tidak terlalu lama untuk ukuran layanan kiriman tanpa ongkos tambahan. Jika lebih dari tiga minggu, saya sarankan anda menghubungi kantor pos terdekat dengan alamat pengiriman yang anda gunakan untuk menanyakan keberadaan buku anda. Kelemahan dalam metode pengiriman di bookdepository ini adalah tidak adanya nomer pelacakan. Tetapi pengalaman saya, belum pernah sekali pun buku saya tidak sampai di tangan saya. Pernah satu kali, ketika bulan ramadhan, buku saya tidak juga saya terima padahal sudah lebih dari empat minggu sejak order saya buat. Saya menghubungi bookdepository melalui contact us yang tersedia di wabnya, mereka menyarankan agar saya menghubungi kantor pos terdekat. Kalau memang saya tidak menemukan buku saya di kantor pos terdekat, mereka siap mengirim ulang buku yang saya pesan (waktu itu saya memesan empat buah buku, yang kesemuanya belum saya terima). Setelah menghubungi kantor pos terdekat, ternyata keempat buku saya masih ada di kantor pos. Singkat kata, bookdepository saya hubungin agar tidak perlu mengirimkan ulang, dan semua proses diakhiri dengan baik.
Berbelanja Buku Bekas
Untuk pembelian buku bekas, biasanya saya menggunakan jasa forwarder untuk membeli buku bekas dari situs Amazon atau Thriftbooks. Hampir sebagian besar buku bekas yang saya miliki berasal dari Amazon. Harus diakui, saat ini Amazon adalah toko buku online terlengkap yang ada, baik dari sisi buku baru maupun buku bekas, hanya saja sayang sekali Amazon tidak mau melayani penjualan buku bekas untuk pembelian di luar USA dan Canada. Oleh karena itu, jasa forwarder sangat berperan menjembatani keterbatasan itu. Dalam membeli buku bekas menggunakan jasa forwarder biasanya saya menggunakan tabel yang diharapkan memudahkan forwarder melakukan follow up atas pesanan saya. Tabel rencana pembelian yang biasanya saya pakai bisa di dilihat di sini. Setelah membuat tabel rencana pembelian buku bekas, tabel itu saya kirimkan ke forwarder melalui email dengan alamat email : anakpanahbookstoreyahoo.co.id. Adapun perhitungan biaya pembelian buku bekas menggunakan forwarder tadi adalah sebagai berikut :
Fee forwarder = (Harga buku/barang + ongkos kirim yang dibutuhkan untuk mengirim buku dari toko buku online ke kantor forwarder di USA)x 20%.
Yang menjadi kelemahan dalam pembelian buku menggunakan jasa forwarder ini adalah, antara pemesanan buku yang kita lakukan kepada pihak forwarder sampai akhirnya buku tiba di Jakarta memakan waktu tiga sampai lima bulan, dikarenakan buku-buku itu akan menumpang di peti kemas yang digunakan forwarder dalam kegiatan bisnis utamanya. Setelah buku-buku pesanan anda tiba di Jakarta, pihak forwarder akan menghubungi anda untuk menanyakan pola pengiriman seperti apa yang anda inginkan untuk mengirimkan buku dari kantor forwarder di Jakarta ke rumah anda. Jasa forwarder ini tidak hanya bisa digunakan untuk membeli buku bekas. Saya pernah minta tolong dibelikan balok Math-u-see dan buku baru dari rainbowresource.com. Semua dengan rumus perhitungan fee yang sama dengan rincian saya di atas.
Semoga informasi ini berguna untuk para pemburu Living Book. Happy Hunting ^_^

Kamis, 04 Oktober 2012

Nikmatnya Karya Literature Anak

Malam ini kami menikmati buku yang baru saja kemarin tiba, yaitu A Child's Book of Poems karya Gyo Fujikawa. Buku-buku yang berbau puisi dari daftar yang diberikan oleh amblesideonline.org memang belum banyak saya miliki. Terus terang saya harus mengakui dengan bahasa Inggris yang tidak istimewa, saya kesulitan untuk menterjemahkan puisi berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan tanpa mengurangi unsur keindahan puisi tersebut yang ditimbulkan dari rima bahasa. Selain karena kesulitan menterjemahkan puisi, saya mengakui bahwa sudah tertanam dalam benak saya bahwa puisi adalah sesuatu yang membosankan yang saya kenal dari sekolah. Malam ini, kami menikmati puisi sambil tertawa-tawa. Via tertawa terbahak-bahak melihat saya lidah saya kebelit-belit sewaktu membaca puisi, seperti ini :
The Swan
Swan swam over the sea-
Swim swan swim
Swan swam back again,
Well swam, swan
Satu yang saya petik ketika proses membaca sambil kebelit-belit ini, saya melihat Via mengerti bahwa dibalik kata-kata yang bunyinya menarik, ada makna yang terkandung. Jadi isi dapat tetap dibalut dengan kemasan yang indah indah.
Saya sendiri sudah hampir setengah tahun ini rutin membaca buku-buku Literatur anak yang disarankan oleh AmblesideOnline untuk level year 1 sampai year 3 yang sudah saya miliki. Banyak dari buku-buku tersebut yang begitu berkesan buat saya, seperti buku-buku Laura Inggals, Lord Of the Ring, Chronicles of Narnia, Little princess, Black Beauty, the Prince and the Pauper, Biografi Leonardo da Vinci, Buku-buku karya Milne, Alice in the wonderland dan sekarang book of Poems milik Gyo. Yang menakjubkan buat saya adalah, buku-buku luar biasa ini adalah santapan lezat yang akan dinikmati anak saya ketika dia berusia mulai enam atau tujuh tahun! Bagaimana tidak luar biasa, penulis buku-buku tersebut bukanlah orang sembarangan. Sebut saja CS Lewis, JRR Tolkien, Lewis Carrol, adalah orang-orang yang bukan hanya berpengaruh di dunia sastra, mereka juga dikenal sangat religius dan jenius. Lewis Carrol adalah seorang penulis, fotografer, pendeta Anglikan, dan seorang profesor matematika. Ketika membaca bukunya, saya kagum dengan liarnya imajinasi yang juga penuh dengan angka-angka. Coba saja browse math puzzle Lewis Carrol. Bayangkan anak berinteraksi langsung dengan benak seorang imajinair yang jenius dan religius! Bahkan Einstein pernah berkata bahwa, "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan."
Lain lagi ketika membaca Black Beauty atau Prince and the Pauper. Hanyut dalam kehidupan sang tokoh, membuat saya memetik banyak hikmah kehidupan dari buku anak-anak ini.
Sejak mengenal Living Book, saya tidak lagi terlalu bersemangat membaca buku-buku yang kering dan hanya berisi fakta-fakta saja. Saya (lagi-lagi) menemukan bahwa Charlotte Mason benar ketika ia berkata bahwa buku-buku yang ditulis dengan bahwa yang mengandung unsur keindahan, unsur perasaan manusia lebih melekat dalam benak saya. Proses internalisasi itu menjadi sangat mudah dikarenakan ketika membaca, kita menjadi hanyut dalam kehidupan sang tokoh.
Nikmatnya mengenal banyak hal melalui Living Book. Setelah ini target saya berkenalan dengan literatur Indonesia seperti Salah Asuhan dan Siti Nurbaya. Semoga bisa menjadi pilihan bacaan yang bermanfaat kelak untuk Via.

Rabu, 14 Desember 2011

Serunya Kebersamaan Ditemani Frog and Toad


Malam ini, kami mencicipi buku yang kami pinjam dari Ci Felicia Ester Puspito dari Surabaya, yaitu Frog and Toad Together. Seri Frog and Toad adalah salah satu seri buku yang direkomendasikan oleh Ambleside Online. Melihat covernya di bookdepository, masih ragu-ragu untuk membelinya. Ternyata dapat berkat pinjaman dari Ci Feli. Senangnya bisa mencicipi dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli atau tidak.
Sebelum membaca buku ini, Via tampak sedikit ogah-ogahan. Aku sendiri karena sebelumnya sudah skimming buku ini dan menemukan betapa lucunya aksi Frog dan Toad ini, menunjukkan sikap antusias kepada Via. Ternyata setelah Via masuk halaman kedua ketularan antusias. Dia tertawa terpingkal-pingkal melihat aksi Frog dan Toad. Rasanya 10 menit kami begitu rame. Ayah yang sudah tidur tampaknya agak terganggu dengan tawa lepas kami. Tapi bagaimana lagi aksi Frog dan Toad memang jenaka sekali. Seperti besok waktu bedtime story kami perlu lebih dimajukan, daripada mengganggu ketentraman tidur ayah. ^_^
Menggunakan hanya Living Book dalam menu bacaan kami, buatku bukan hanya membangun kesukaan Via akan buku bacaan, membangun rentang perhatian, tetapi juga membawa kedekatan dalam hubungan kami. Buatku sesi bedtime story kami sangat berharga dan tidak pernah terlewatkan. Bahkan kalau kami harus menginap di rumah saudara, kami selalu membawa beberapa buku favorit kami. Pokoknya bedtime story tidak boleh terlewat. Itu bukan soal belajar, tapi ini kesukaan! Kami suka menghabiskan waktu bersama dengan buku-buku bagus. Kami suka tertawa bersama karena buku dengan cerita yang jenaka. Kami suka menikmati dan mengagumi bersama buku-buku dengan ilustrasi jawara. Charlotte Mason berkata bahwa hanya yang terbaiklah yang layak disajikan kepada anak, dan hasilnya sungguh kami nikmati. Yay! I'm proud to be a CMer.

Rabu, 23 November 2011

Kita Berdua - A.A Milne

Kami lagi suka banget dengan buku A.A Milne. Malam ini, bedtime story kami adalah sebuah puisi manis berjudul, "Kita Berdua" enjoy!! ^_^


Kemanapun aku berada, Pooh selalu ada di sana,
Selalu ada Pooh dan aku.
Apapun yang ingin aku kerjakan, ia pun menginginkannya,
"Kemanakah kamu akan pergi hari ini?" kata Pooh:
"Nah, itu sangat aneh karena aku ingin ke sana juga
Mari kita pergi bersama-sama," kata Pooh, katanya.
"Mari kita pergi bersama-sama," kata Pooh.

"Berapakah hasil dari sebelas dikalikan dua?" kataku kepada Pooh.
("Apa yang dikalikan dua?" kata Pooh kepadaku.)
"Menurutku seharusnya hasilnya adalah dua puluh dua."
"Jawabannya tepat seperti yang aku pikirkan," jawab Pooh.
"Ini bukan hal yang mudah untuk dikerjakan,
Tetapi jawabannya memang benar seperti itu," kata Pooh.

"Ayo kita pergi melihat gerombolan naga," kataku kepada Pooh.
"Ya, mari," jawab Pooh kepadaku.
Kami menyeberangi sungai dan menemukan beberapa -
"Ya, disitulah para naga berkumpul," kata Pooh
"Segera setelah aku melihat paruh mereka, aku langsung mengetahui.
Itu memang mereka," kata Pooh, katanya.
"Itu memang mereka, kata Pooh.

"Ayo kita kagetkan para naga," kataku kepada Pooh
"Tentu saja," kata Pooh kepadaku
"Aku tidak takut," kataku kepada Pooh
Kemudian aku menggenggam tangannya dan aku berteriak "Shoo!
Naga-naga yang konyol," -- dan pergilah naga beterbangan.
"Aku tidak takut," kata Pooh, katanya,
"Aku tidak pernah takut kalau aku bersamamu."

Maka kemanapun aku berada, disitulah Juga Pooh,
Selalu ada Pooh dan aku.
"Apa yang bisa aku lakukan?" kataku kepada Pooh,
"Kalau ini bukan untukmu," dan Pooh berkata:
"Benar, tidak banyak kesenangan dalam Satu kesendirian, tetapi Dua
Dapat tetap bersama-sama," kata Pooh, katanya.
"Seperti inilah seharusnya terjadi," kata Pooh

---diterjemahkan bebas oleh Wieda ^_^ --

Selasa, 22 November 2011

Ringkasan “Home Education”--Volume 1 Buku Home Education dari Seri Tulisan Charlotte Mason Diterjemahkan Oleh Ellen Kristi

Berikut ini adalah hasil terjemahan Ringkasan volume 1 buku Home Education, dari seri tulisan Charlotte Mason yang ditulis oleh Leslie Noelani Laurio, salah satu pendiri Ambleside Online (amblesideonline. org), penyedia kurikulum gratis berbasis metode CM. Volume ini secara spesifik ditulis bagi para ibu yang punya anak di bawah usia 9 tahun, tapi banyak mutiara berharga di dalamnya untuk pemahaman tentang filsafat pendidikan CM bagi segala umur.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ringkasan “Home Education”--Volume 1 dari Seri Tulisan Charlotte Masonoleh Leslie N. Laurio

Bagian I—Latar Belakang Pemikiran pages 1-6

Sementara pendidikan semakin tersedia bagi semua kelas masyarakat, kita lihat semakin banyak perempuan masuk ke dunia kerja. Tidak semua perempuan ini bekerja karena kebutuhan finansial, sebagian hanya suka pada kepuasan mengerjakan sesuatu yang memang penting. Tapi ada pekerjaan yang paling penting di masyarakat, yaitu membesarkan anak-anak, bukan hanya di sekolah-sekolah, tapi, lebih lagi, di rumah, sebab masa hidup awal saat di rumah itu mempengaruhi karakter masa depan para laki-laki dan perempuan melebih pengaruh lain mana pun. ”Menjadi orangtua itu luar biasa: tidak ada promosi, kehormatan, yang bisa dibandingkan dengannya. Orangtua seorang anak bisa jadi membesarkan sosok yang kelak terbukti sebagai berkat bagi dunia.”

Charlotte Mason betul, tidak ada panggilan lebih tinggi ketimbang membesarkan generasi masa depan, dan adalah baik menerima panggilan ini dengan bekal pengetahuan, dan untuk menyadari bahwa kita bukan sekedar membesarkan mereka untuk jadi berkat bagi kita sendiri sebagai orangtua, tetapi juga buat segenap masyarakat.

Ada hukum-hukum alamiah yang melandasi segala sesuatu, termasuk membesarkan anak-anak. Orangtua harus mengikuti hukum-hukum ini (memberinya makan, mencintainya) supaya anak bisa bertahan hidup. Sepanjang orangtua memberikan kasih sayang, makanan bergizi, beragam permainan dan kegiatan, anak bisa belajar sendiri dengan baik – untuk sementara waktu. Dia akan bertumbuh bahagia sepenuhnya. Tapi orangtua, dan bahkan, semua orang dewasa dalam masyarakat, berhutang kepada anak lebih daripada itu. Idealnya, it takes a village (semua harus terlibat) untuk membesarkan seorang anak, walaupun kata village (desa) tidak lagi berarti sama sekarang ini – ingat betapa dulu orang-orang dewasa sangat menjaga omongan mereka di sekitar anak-anak? Sayangnya, masyarakat bukan lagi kekuatan positif dalam memberi teladan dan melindungi anak-anak seperti seharusnya.
I—Sebuah Metode Pendidikan hlm. 6-10

Cara membesarkan anak sering berayun di antara dua ekstrim – dari model Sparta yang dirancang untuk membuat anak-anak jadi tangguh sampai ke model pemujaan anak ketika orangtua “bersujud” untuk menyenangkan apa pun keinginan anak. Di masyarakat kita, tampak ada sedikit variasi dari model Sparta. Sebagian anak diabaikan dan sebagian yang lain terlalu dimanjakan. Charlotte Mason bilang tentang larangan memukul anak dengan sabuk, membuat kita menduga bahwa hukuman fisik juga tidak disarankan pada masanya seperti pada masa kita sekarang.

Membesarkan anak, sama seperti proyek lain, paling baik dikerjakan ketika kita punya ide atau visi tentang hasil akhir yang kita harapkan. Kita mudah tergoda untuk terlalu fokus pada satu aspek dalam tumbuh kembang anak sehingga aspek lain kita lupakan (ini mengingatkan saya pada para orangtua yang terlalu menuntut di bidang akademmik sehingga anak-anak mereka kehilangan kegembiraan masa kecil!). Jauh lebih sulit untuk tetap menjaga visi tentang anak sebagai pribadi utuh, bersikap seimbang dan tidak terobsesi dengan salah satu aspek. Pendidikan CM, saya pikir, sangat menekankan supaya kita melihat anak sebagai pribadi utuh (walaupun berat juga memastikan bahwa semua subjek dipelajari!). Tujuan akhir kita adalah seorang anak yang bisa berguna bagi dunianya, terlatih untuk memilih dengan benar, dan yang cintanya untuk mempelajari banyak hal yang berbeda memberinya kegembiraan sepanjang hayatnya.

Sekali kita tahu apa yang kita inginkan sebagai hasil akhir, kita tinggal membuat rencana bagaimana kita ingin sampai ke sana. Karena anak-anak adalah makhluk hidup yang punya benak mereka sendiri, sebuah sistem kaku yang gurunya mengikuti langkah A, B, dan C untuk memperoleh hasil Anak D, tidak mungkin berhasil. Yang kita perlukan adalah metode, semacam rencana untuk sampai di tujuan yang kita inginkan dan sejumlah prinsip pemandu untuk diingat-ingat sepanjang jalan. Tepat seperti itulah yang disediakan oleh pendidikan CM.

II—Kedudukan Anak hlm. 10-13

Tidak akurat menggambarkan anak-anak seperti lembaran kosong – mereka tidak terlahir kosong, tetapi manusia yang lengkap dengan tanda keilahian padanya, karena kita semua diciptakan dalam gambar Tuhan. Faktanya, anak-anak bisa punya insight yang tidak dimiliki orang-orang dewasa karena kepolosan kanak-kanak mereka. Sementara kita mendidik anak-anak kita, kita harus selalu ingat pesan Yesus: ”Perhatikanlah supaya kamu jangan melecehkan, menghina, atau mengabaikan salah satu dari anak-anak kecil ini.”

III—Melecehkan Anak hlm. 13-17

Kita melecehkan anak-anak ketika kita meremehkan rasa keadilan yang mereka bawa sejak lahir dan, alih-alih menguatkannya dengan mendorong melakukan yang benar dan menjauhi yang salah, kita menertawakan pelanggaran-pelanggaran ‘kecil’ mereka karena mereka terlihat menggemaskan, lalu membiarkan mereka berperilaku salah. Dengan cara ini, hati nurani dan kesadaran mereka tentang baik dan buruk dilemahkan. Mereka belajar untuk melakukan apa saja yang mereka sukai asal mereka bisa lolos dari konsekuensi, bukannya melakukan sesuatu karena hal itu benar. Orangtua musti mengajari anak-anak mereka bahwa mereka tidak boleh berperilaku buruk karena memang itu tidak benar, tanpa memandang suasana hati si orangtua waktu itu seperti apa.

Anak-anak juga terlecehkan ketika orangtua tidak mengajarkan pola hidup yang baik, makanan yang sehat, membiarkan mereka tidur terlalu malam dan membiarkan mereka memanjakan diri secara intelektual dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menantang, membuat anak-anak malas berpikir. Bersikap pilih kasih juga melecehkan anak-anak dan menimulkan perpecahan dan persaingan di antara saudara-saudara kandung.

IV—Menghina Anak-anak hlm. 17-19

Para ibu menghina anak-anak mereka ketika mereka tidak memberikan yang terbaik dari diri mereka – yakni waktu-waktu ketika mereka sedang segar dan tidak terlalu lelah untuk menghabiskan saat berkualitas bersama anak-anak. Memberi yang terbaik dari diri mereka juga berarti bersikap teliti saat memilih pengasuh yang punya pengaruh positif dan memperlakukan anak dengan ”fair”. Para ibu juga menghina anak mereka jika mengabaikan karakteristik-karakteristik buruk dengan harapan anak-anak akan dengan sendirinya menjadi baik kelak, alih-alih segera menyiangi karakter buruk itu. Hasilnya, anak-anak dibiarkan memiliki kebiasaan buruk sebagai bagian dari kepribadian mereka untuk seterusnya.

V—Menghalangi Anak-anak hlm. 19-20

Jangan pernah pikir anak-anak terlalu muda untuk belajar tentang kasih Tuhan, dan jangan pula orangtua memakai nama Tuhan sebagai alat mengancam saat anak-anak berperilaku buruk. Anak-anak sepatutnya melihat teladan orangtua dalam mengasihi dan menghormati Tuhan, dan para orangtua sepatutnya membantu anak-anak mereka membangun relasi dengan Tuhan.

VI—Syarat-syarat Kegiatan Otak yang Sehat hlm. 20-37

Setelah menjelaskan apa yang jangan dikerjakan, Charlotte sekarang akan memberi tahu kita apa yang sepatutnya kita kerjakan.

Otak adalah organ yang hidup dan aktif dan perlu “olahraga”, istirahat, dan pemeliharaan (termasuk nutrisi).

Olahraga — Satu tantangan mental setiap hari membantu “otot-otot” otak tetap kuat, tetapi benak yang tidak mendapat tugas-tugas secara teratur akan menjadi malas dan tidak efektif – bahkan mungkin akan mengarah pada depresi dan kekacauan fungsi.

Istirahat - mustinya diperoleh setelah latihan mental yang melelahkan, dan juga setelah tugas jasmaniah yang menyedot energi tubuh. Anak yang baru saja makan besar membutuhkan sumber daya tubuhnya untuk mencerna makanan dan sepatutnya tidak disuruh berjalan jauh atau diberi tugas yang menguras pikiran – tubuhnya perlu fokus kepada satu pekerjaan satu waktu supaya bisa menyelesaikannya dengan baik.

Di pagi hari setelah sarapan ringan yang tidak menguras energi sistem pencernaan adalah waktu terbaik untuk tugas mental mata pelajaran sekolah. Waktu setelah makan siang bagus untuk kegiatan luar ruangan atau tugas-tugas ringan seperti prakarya. Setelah makan malam, yang biasanya berat, anak-anak membutuhkan energi mereka untuk mencerna makanan dan memproses informasi yang mereka serap seharian.

Mencacah pekerjaan mental – dengan menugaskan anak mengerjakan beragam pelajaran secara singkat-singkat – memberi waktu 15 menit untuk belajar membaca, lalu 15 menit matematika, supaya pikirannya tetap segar, adalah bentuk istirahat mental. (Omong-omong, ini adalah satu hal yang membedakan CM dari metode klasik yang menyuruh anak mengerjakan tiap pelajaran dalam rentang waktu yang panjang dengan tujuan membangun ketahanan mental anak.)
Nutrisi — Sebagaimana tubuh memakai energi untuk hidup, bergerak, berkegiatan, begitu pula benak memakai energi untuk hidup, berpikir, bekerja – dan butuh suplai energi. Tubuh butuh makanan bervariasi untuk mendapatkan energi dalam aliran darah, dan benak, sebagai bagian dari tubuh, memperoleh manfaat dari pemeliharaan yang sama seperti bagian tubuh yang lain.

Waktu-waktu makan haruslah jadi waktu-waktu yang menyenangkan untuk mendukung proses mencerna makanan. Perut tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi stres. Makanan anak-anak haruslah cukup bervariasi supaya mereka tetap berselera.

Anak-anak butuh berlimpah udara segar dalam aliran darah supaya bisa mencapai performa puncak, dan dengan ini, Charlotte menganjurkan lebih dari sekedar satu jam berjalan-jalan setiap hari, dan dia menganjurkan udara segar murni seperti pedesaan, bukan udara kota yang kotor.

Kamar-kamar di rumah harus punya aliran udara yang baik, bahkan di malam hari (semasa Charlotte hidup, api adalah sumber panas dan terang, sehingga sangat penting memastikan adanya udara segar supaya pernafasan tidak terganggu asap). Kulit juga harus bernafas dengan membersihkan badan setiap hari dan mengenakan pakaian yang tidak menyekap keringat. Organ-organ tubuh – darah, perut, otak – saling terkait. Kesehatan badaniah tidak menjamin kekuatan mental, tapi benak yang bekerja dengan baik pun tidak mungkin optimal jika tubuh lemah.

VII—Hukum-hukum Pendidikan hlm. 38-42

Itikad baik dan akal sehat belum cukup untuk menjamin pendidikan yang baik – kita juga perlu tahu hukum-hukum yang mengatur proses pembelajaran.

Anak-anak tak diragukan lagi akan mengenali bahwa seorang non-Kristen yang mereka kagumi ternyata lebih taat hukum dan hidup benar ketimbang sebagian orang Kristen yang mereka kenal, dan hal itu barangkali sulit dijelaskan kepada anak-anak. Akan membantu jika orangtua ingat bahwa hukum-hukum Tuhan (seperti juga hukum gravitasi) berlaku sama bagi orang percaya dan orang yang tidak percaya. Bahkan seorang sekuler yang melakukannya juga akan menerima ganjaran yang sama selama ia menaati hukum-hukum itu sama seperti orang, entah dia Kristen atau bukan, yang mengabaikan hukum gravitasi akan jatuh. Hukum ilahi bahwa “orang jujur akan dipercaya” bukanlah hukum yang berlaku bagi orang Kristen saja.

Melanjutkan uraian tadi, ada sebagian orang yang mengaku Kristen namun mengabaikan hukum-hukum yang bukan milik agama apa pun. Penulis pikir Charlotte terutama sedang merujuk kepada orang-orang yang membanggakan dirinya sendiri sebagai orang yang spiritual sebab mereka mengikuti hukum-hukum keagamaan, tapi mereka menjalankan pendidikan anak dengan ketidaktahuan yang disengaja tentang bagaimana otak bekerja karena, bagi mereka, itu sekedar pengetahuan sekuler yang tidak berharga. Itu sebabnya, mungkin sekali seorang yang sekuler lebih berhasil mendidik anak-anaknya ketimbang orang-orang Kristen yang terlalu yakin bahwa mereka pasti sukses dengan mengandalkan berkat Tuhan tapi tidak menggarap “pekerjaan rumah” mereka.

Orangtua juga tidak bisa sekedar berdoa supaya anak-anak tumbuh jadi pribadi yang jujur, baik hati, dsb tanpa mencoba berbagai cara untuk secara aktif menumbuhkan karakter-karakter itu dalam diri anak-anak. Membesarkan anak perlu lebih dari sekedar berharap dan berdoa!
Bagian II—Kegiatan Luar Ruangan bagi Anak-anak

I—Masa Pertumbuhan hlm. 42

Charlotte menekankan pentingnya menghabiskan waktu di luar ruangan dan makan di taman untuk menyegarkan jiwa anak. (Saya tidak yakin seberapa menyegarkan hal itu jika matahari terlalu terik, atau banyak lalat dan lebah yang mengerumuni makanan kita, belum lagi soal krim pengusir nyamuk yang bisa menimbulkan kanker!)

Kepada para ibu yang telah memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan waktu satu jam di luar ruangan setiap hari, Charlotte menanggapi dengan berkata bahwa tugas pertama ibu adalah memastikan anaknya menghabiskan enam tahun pertama kehidupannya sebagian besar di luar ruangan, tanpa tekanan belajar, cukuplah menikmati udara segar dan mengamati alam.

Ini bukan sekedar karena udara segar itu sehat bagi tubuhnya, tapi karena kehidupan yang bersahaja dan tidak banyak tekanan (stres) dengan menikmati banyak waktu di luar ruangan cenderung membuat anak bahagia dan bertumbuh kembang dengan baik.

Ini berarti tidak perlu ada pelajaran akademis di usia dini, cukuplah kebebasan untuk menikmati ciptaan Tuhan. Ini adalah contoh dari yang Charlotte sebut “masterly inactivity” – membiarkan anak berproses sendiri dalam mengumpulkan pengalaman dan menghubung-hubungkannya sendiri. Pengamatan yang anak lakukan di usia dini menjadi landasan dari segala sesuatu yang akan dia pelajari di sisa hidupnya. Semakin banyak hubungan-hubungan mental yang dia bentuk semasa kecil, semakin dia punya latar belakang dan pengalaman tentang berbagai hal untuk dijadikan konteks bagi informasi-informasi baru yang ia terima kelak.
Bagian II—Kegiatan Luar Ruangan bagi Anak-anak

I—Masa Pertumbuhan (sambungan)

Lebih bagus lagi daripada sekedar menyuruh mereka bermain di luar adalah menemani mereka, dan 6 jam setiap hari sebetulnya masih tidak terlalu banyak (walaupun jadi sangat berat buat seorang ibu yang tidak punya laptop untuk tetap memeriksa inbox email ...) Jika di luar rumah cuma ada trotoar aspal, maka pergi agak jauh ke taman terdekat atau desa di pinggir kota adalah gagasan bagus.

Dan bagaimana menghabiskan jam-jam di luar ruangan ini? Harus ada perencanaan, kalau tidak ibu-ibu akan kewalahan dan anak-anak akan bosan. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan dengan anak-anak. "Mereka harus tetap gembira sepanjang waktu, atau mereka akan kehilangan sebagian aspek penyegaran dan penguatan mental yang dimaksudkan bagi mereka oleh udara segar itu. Mereka harus lebih banyak dibiarkan berproses sendiri, menyerap apa yang bisa mereka serap dari keindahan bumi dan langit ..."

Sedikit petunjuk dari sang ibu diperlukan supaya hari itu terus segar dan menarik, tapi sebagian besar waktu anak harus dibiarkan bermain dengan apa yang ada padanya. Perlu ada satu-dua jam “olahraga penuh semangat” dan “satu-dua pelajaran”. Jam-jam di luar ruangan ini harus digunakan ibu untuk melatih anaknya menjadi pengamat yang peka. Sebaiknya tidak membawa buku cerita, karena alam sudah menyediakan hiburannya sendiri.
Bagian II—Kegiatan Luar Ruangan bagi Anak-anak

II—Menceritakan Pemandangan hlm. 45

Setelah anak-anak bermain-main sementara waktu di alam terbuka, ibu sebaiknya "mengutus mereka dalam ekspedisi penjelajahan – Siapa yang bisa melihat paling banyak, bercerita paling banyak, tentang bukit, atau sungai, atau tumbuh-tumbuhan, atau hutan di seberang sana?"

Saat mereka kembali, cerita-cerita mereka bisa diubah menjadi sebuah pelajaran tentang ketepatan menggambarkan dan narasi sementara sang ibu mendorong mereka bercerita lebih rinci, atau lebih akurat, lagi tentang apa yang mereka lihat.

Anak-anak pun belajar menjadi lebih peka mengamati ketika mereka tahu sang ibu menunggu-nunggu penjelasan dari yang mereka lihat. Juga ‘narasi’ mereka akan meninggalkan jejak panorama yang mereka lihat itu di dalam benak mereka, menjadi gambaran mental yang kelak akan bisa mereka ingat ulang dengan rasa gembira saat mereka sudah tua.
__._,_.___
III—Melukis Pemandangan hlm. 48

Latihan lain yang bisa berguna adalah mengarahkan anak untuk melihat ke pemandangan tertentu, lalu meminta mereka menutup mata dan mencoba menciptakan kembali pemandangan itu dalam kata-kata. Mereka akan suka mendengarkan sang ibu memberi contoh bagaimana menggambarkan suatu pemdangan dalam kata-kata yang melukiskannya, atau mengingat kembali sebuah panorama atau lukisan yang pernah sang ibu lihat dahulu kala, dan contoh ini membantu anak-anak meniru keterampilan "melukis pemandangan" secara lisan.

IV—Bebungaan dan Pepohonan hlm. 51-56

Anak-anak seharusnya dibuat akrab dengan berbagai jenis tanaman di sekitarnya – apa yang tumbuh di sana, di mana bisa mencari jenis bunga liar tertentu, dan apa ciri-ciri bunga liar itu secara rinci dengan cara mengumpulkan atau menggambar bunga-bunga itu. Mereka bisa belajar tentang pepohonan di daerah setempat dengan memilih 6 pohon dan mengamati pohon-pohon itu berubah sepanjang keempat musim (di negeri tropis seperti Indonesia, perubahan apa yang bisa kita amati pada pepohonan? – Mod.). Bahkan pepohonan pun berbunga, dan mengamati hal ini selalu menyenangkan bagi anak-anak.

Bagian II - Kegiatan Luar Ruangan bagi Anak-anak

V – Makhluk-makhluk Hidup hlm. 56-62

Anak-anak bisa membuat kalender peristiwa-peristiwa alam – kapan mereka pertama kali mendapati "daun pohon oak yang pertama, kecebong yang pertama, bunga cowslip yang pertama, tanaman catkin yang pertama, buah-buah blackberry yang pertama, kapan dilihat dan dimana" (dalam konteks negara kita, tentu saja jenis-jenis tanaman dan binatang yang diamati bisa berbeda – Mod.) Mereka bisa memakai kalender ini sebagai perbandingan apa yang bisa mereka harapkan untuk lihat tahun berikutnya.

Anak-anak juga bisa membuat catatan harian alam untuk menuliskan hal-hal menarik yang mereka lihat di alam: "ada tiga tupai di pohon larch, seekor burung jay terbang melintasi padang jenis itu, seekor ulat merayap di atas daun pohon pace, seekor bekicot makan daun kobis, seekor laba-laba tiba-tiba jatuh ke tanah, dan di tanah itu tumbuh ivy (sejenis tanaman merambat – Mod.), bagaimana cara ivy itu bertumbuh dan tanaman apa saja yang tumbuh di dekatnya, bagaimana ivy bisa merambat". Sejak berumur 5 tahun, anak sudah bisa memberi ilustrasi untuk catatan harian itu dengan cat air. Mereka mungkin butuh dibantu untuk mencampurkan warna, tetapi sepatutnya kemudian dibiarkan berkreasi sendiri. Memberi anak-anak jenis tugas seperti ini akan mencegah mereka merasa bosan. (12)
V – Makhluk-makhluk Hidup hlm. 56-62 (sambungan)

Anak-anak semestinya menjadi pengamat penuh perhatian terhadap kehidupan alam di sekeliling mereka – mereka seharusnya menghabiskan cukup waktu mengamati kecebong, semut, lebah, tupai, dsb. untuk belajar sesuatu tentang kebiasaan-kebiasaan makhluk-makhluk itu. Barangkali mereka bisa membuat ‘peternakan’ semut. Bahkan anak kota pun bisa mengamati burung-burung pipit. Mereka bisa mencatat pengamatan mereka dalam catatan harian. Anak-anak akan terinspirasi oleh antusiasme orangtua mereka terhadap alam (atau mereka akan tak peduli tentang alam kalau orangtua juga tak peduli!). Mereka akan belajar lebih banyak dengan menjadi pengamat langsung lebih dari yang mereka bisa pelajari dari buku.

Selain menanamkan karunia minat seumur hidup pada kehidupan alam di sekitarnya yang akan terus menjadi sumber hiburannya selama tahun-tahun ke depan, latihan menjadi pengamat yang teliti sangat bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan rentang perhatian yang kuat. Latihan ini juga berguna mengalihkan perhatian anak dari diri mereka sendiri dan berfokus pada sesuatu yang lain (sehingga mereka bertemperamen lebih baik – Mod.).
V – Makhluk-makhluk Hidup hlm. 56-62 (sambungan)

Anak-anak semestinya menjadi pengamat penuh perhatian terhadap kehidupan alam di sekeliling mereka – mereka seharusnya menghabiskan cukup waktu mengamati kecebong, semut, lebah, tupai, dsb. untuk belajar sesuatu tentang kebiasaan-kebiasaan makhluk-makhluk itu. Barangkali mereka bisa membuat ‘peternakan’ semut. Bahkan anak kota pun bisa mengamati burung-burung pipit. Mereka bisa mencatat pengamatan mereka dalam catatan harian. Anak-anak akan terinspirasi oleh antusiasme orangtua mereka terhadap alam (atau mereka akan tak peduli tentang alam kalau orangtua juga tak peduli!). Mereka akan belajar lebih banyak dengan menjadi pengamat langsung lebih dari yang mereka bisa pelajari dari buku.

Selain menanamkan karunia minat seumur hidup pada kehidupan alam di sekitarnya yang akan terus menjadi sumber hiburannya selama tahun-tahun ke depan, latihan menjadi pengamat yang teliti sangat bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan rentang perhatian yang kuat. Latihan ini juga berguna mengalihkan perhatian anak dari diri mereka sendiri dan berfokus pada sesuatu yang lain (sehingga mereka bertemperamen lebih baik – Mod.).
VI – Hikmah Alam dan Buku-buku Para Naturalis hlm. 62

Rasa hormat terhadap kehidupan dan mengagumi keindahan alam semustinya akan mencegah anak-anak dari tindakan merusak atau membunuh binatang atau tumbuhan. Membedah makhluk hidup untuk penelitian ilmiah tingkat lanjut sepatutnya disimpan untuk bertahun-tahun kemudian. Anak-anak sebaiknya belajar mencatat perbedaan-perbedaan di antara berbagai bentuk dan jenis bagian tanaman, dan sebaiknya tahu nama-nama tiap bagian itu.

Charlotte berkata bahwa mengklasifikasi berdasar jenis merupakan salah satu fungsi lebih tinggi dari otak, sehingga itu menjadi latihan yang bermanfaat untuk menajamkan kemampuan pikir. Anak-anak jangan disuruh sekedar menghafalkan klasifikasi ini dari buku-buku, biarkan mereka membuat asosiasi sendiri dengan melihat persamaan dan perbedaan dari pengamatan mereka. Buku panduan menjelajah alam bisa membantu, tapi jangan sampai menjadi dasar pemahaman mereka tentang kelas-kelas di alam ini. Membaca buku-buku cerita tentang alam bisa membantu seorang anak untuk "menangkap" rasa apresiasi terhadap keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunia alamiah.
VII – Anak-anak Mendapat Pengetahuan dari Indera-indera hlm. 65

Anak-anak memperhatikan segala sesuatu – itu adalah cara pertama mereka menyerap pengetahuan. Bayi membantingi benda-benda dan mengamati hasilnya, mereka meraih dan meraba. Perspektif (belajar bahwa benda-benda yang terlihat ternyata dekat atau jauh) adalah sesuatu yang anak perlu pelajari dari pengalaman. Inilah pekerjaan anak sehari-hari dan itu sebabnya mengapa pelajaran formal tidak dianjurkan sebelum usia enam tahun – karena anak usia dini sudah ‘ditugasi dari sononya’ satu pekerjaan, yaitu mengamati dunia dan menaut-nautkan informasi dalam benaknya!

Buku "Endangered Mind" karya Jane Healy menjelaskan bahwa pikiran berkembang mengikuti seperangkat pola yang memiliki berbagai jendela kesempatan. Kalau benak seekor anak kucing tidak dibiarkan sama sekali melihat garis-garis vertikal, anak kucing itu tidak akan pernah tahu tentang hal itu dan akan gagap menangani garis-garis vertical seumur hidupnya. Senada dengan itu, benak seorang anak dirancang untuk mengamati dan belajar lewat melihat dan mengujicoba semua di lingkungannya. Maka, anak akan dirugikan untuk menjalankan kodratnya kalau dia disuruh duduk terus sepanjang pelajaran di usia yang terlalu dini.

Barangkali seorang anak kelihatan tidak belajar apa-apa dari kegiatannya yang bagi kita terlihat seolah "bukan belajar", "cuma bermain", karena ia tidak punya cukup kata untuk mengungkapkan apa yang ia lihat dan temukan – namun pengalaman-pengalaman itu terus menumbuhkembangkan kemampuan pikirnya. Kecintaan pada dunia alamiah akan tumbuh pada usia dini ini, atau mungkin tidak akan terjadi sama sekali.
VII – Anak-anak Mendapat Pengetahuan dari Indera-indera hlm. 65

Anak-anak memperhatikan segala sesuatu – itu adalah cara pertama mereka menyerap pengetahuan. Bayi membantingi benda-benda dan mengamati hasilnya, mereka meraih dan meraba. Perspektif (belajar bahwa benda-benda yang terlihat ternyata dekat atau jauh) adalah sesuatu yang anak perlu pelajari dari pengalaman. Inilah pekerjaan anak sehari-hari dan itu sebabnya mengapa pelajaran formal tidak dianjurkan sebelum usia enam tahun – karena anak usia dini sudah ‘ditugasi dari sononya’ satu pekerjaan, yaitu mengamati dunia dan menaut-nautkan informasi dalam benaknya!

Buku "Endangered Mind" karya Jane Healy menjelaskan bahwa pikiran berkembang mengikuti seperangkat pola yang memiliki berbagai jendela kesempatan. Kalau benak seekor anak kucing tidak dibiarkan sama sekali melihat garis-garis vertikal, anak kucing itu tidak akan pernah tahu tentang hal itu dan akan gagap menangani garis-garis vertikal seumur hidupnya. Senada dengan itu, benak seorang anak dirancang untuk mengamati dan belajar lewat melihat dan mengujicoba semua di lingkungannya. Maka, anak akan dirugikan untuk menjalankan kodratnya kalau dia disuruh duduk terus sepanjang pelajaran di usia yang terlalu dini.

Barangkali seorang anak kelihatan tidak belajar apa-apa dari kegiatannya yang bagi kita terlihat seolah ”bukan belajar”, ”cuma bermain”, karena ia tidak punya cukup kata untuk mengungkapkan apa yang ia lihat dan temukan – namun pengalaman-pengalaman itu terus menumbuhkembangkan kemampuan pikirnya. Kecintaan pada dunia alamiah akan tumbuh pada usia dini ini, atau mungkin tidak akan terjadi sama sekali.
VIII – Anak Perlu Diakrabkan dengan Objek-objek Alam hlm. 69

Sejak anak mulai mengambil dan menyerap berbagai hal, mereka perlu diberi hal-hal nyata untuk diamati, benda-benda alam alih-alih tampakan-tampakan kota (city sights). Memang kota punya kehidupannya sendiri, dan ada sejumlah pengetahuan yang perlu dimiliki supaya seseorang bisa bertahan hidup di kota. Tapi pengetahuan praktis seperti lokasi toko-toko tidak betul-betul memperkaya pikiran anak dan meluaskan jiwanya.

Pikiran seorang anak akan bertumbuh kembang lebih baik jika ia menjadi akrab dengan jalannya alam, yang selalu berubah, selalu baru, dan selalu mengandung sesuatu yang halus tersirat tapi menarik untuk dia amati. Anak yang akrab dengan jalannya alam sedang mengembangkan pola pikir ilmiah dan mempelajari jalannya alam membuatnya lebih sabar dan baik hati ketika ia dewasa kelak. Seorang anak yang punya gairah mengamati alam akan punya cukup banyak bahan untuk membuat pikirannya selalu cerah bersemangat dan cenderung terhindar dari perilaku buruk.
IX – Geografi Luar Ruangan hlm. 72

Alam bisa menyediakan kesempatan untuk mengajar geografi. Mengamati lingkungan mereka sendiri menyiapkan pikiran anak untuk pelajaran geografi dengan memberi berbagai ilustrasi tentang hal-hal geografis di berbagai negeri. Misalnya, kolam ikan membantu seorang anak membayangkan seperti apa samudera itu, dan kalau dia kenal betul dengan sungai kecil dia akan punya gambaran tentang sungai-sungai besar di dunia. Dia akan mengenali konsep dataran dan perbukitan di negeri-negeri lain jika dia akrab dengan unsur alamiah yang sama di panorama daerahnya sendiri.

Anak-anak perlu belajar menemukan arah mata angin dan menentukan waktu berdasarkan posisi matahari. Setelah dia belajar membedakan arah utara, selatan, timur, barat berpatokan matahari, dia perlu memiliki sebuah kompas dan belajar cara membacanya. Mereka perlu belajar tentang variasi awan dan cuaca. Mereka perlu belajar memperkirakan berapa jauh jarak yang telah mereka tempuh saat berjalan-jalan, berapa jauh satu beda dari benda lain, mengukurnya dengan langkah kaki mereka sendiri dan berhitung berdasarkan jumlah langkah itu. Mereka bisa mengawalinya dengan jarak yang pendek – menyeberangi ruangan, atau menyeberangi pekarangan. Semua ini sebaiknya dilakukan sebagai permainan.

Anak-anak bisa belajar konsep tentang batas-batas jalan, pagar, dsb, yang memisahkan petak tanah atau properti. Mereka bisa mencoba membuat peta dari sebuah wilayah dengan menggambarkan tempat-tempat pentingnya dari atas (a bird’s eye view).
X – Anak dan Ibu Bumi (Mother Nature) hlm. 78

Anak-anak harus dibiarkan mengamati bagi diri mereka sendiri, hanya dengan sejumlah kecil petunjuk dan penjelasan dari sang ibu – terlalu banyak ‘khotbah’ menghalangi mereka dari prioritas yang utama, yaitu mengamati. Campur tangan sang ibu cukuplah sebatas sedikit sekali penjelasan dan menunjuki anak hal-hal yang menarik.
XI – Permainan Luar Ruangan hlm. 80

Kalau ada waktu, belajar bahasa asing dapat dimasukkan dengan menggunakan waktu sepuluh menit menyebutkan nama tanaman dan benda-benda dalam bahasa asing yang sedang dipelajari si anak.

Anak-anak harus diijinkan berlari-lari dan membuat banyak suara ribut, sebab itu bagus bagi paru-paru mereka. Menari dan menyanyi bebas sangat bagus untuk anak-anak, dan menyanyikan tembang-tembang dolanan dan lagu anak-anak (nursery rhymes) perlu diajarkan – walaupun yang terbaik adalah tembang dan lagu ini diajarkan dari satu anak ke anak yang lain dalam permainan ciptaan mereka sendiri ketimbang sebagai satu pelajaran resmi dari seorang guru TK.

Anak-anak perlu belajar berbagai permainan. Olahraga permainan yang berperaturan sangat bagus untuk anak yang lebih besar, tapi untuk anak usia sembilan tahun ke bawah sebaiknya bermain permainan yang mereka ciptakan sendiri: "kejar-kejaran, ayo tangkap, ikuti komandoku, dan segala macam permainan heboh lain yang mereka buat sendiri." Lompat tali tepat sekali untuk usia ini.

Rasa takut akan terjadi luka atau celaka jangan sampai membuat kita menghalangi anak-anak memanjat batu-batu dan pohon-pohon – lebih baik mengajari mereka keterampilan memanjat dan meloncat dan lalu biarkan mereka melakukannya.
__._,_.___
XII – Berjalan-jalan di Cuaca Buruk hlm. 85

Bahkan berjalan-jalan di musim salju bisa menarik – pohon-pohon tanpa daun memperlihatkan struktur mereka dengan lebih jelas, burung-burung keluar dari sarang, dan ada binatang-binatang lain sedang mencari makanan. Oleh karena jarak pandang lebih pendek, ini bisa jadi kesempatan bagi anak-anak untuk melihat lebih fokus dan menajamkan daya perhatian mereka. Charlotte mencontohkan seorang ayah dan anaknya yang melewati sebuah toko dalam acara jalan-jalan mereka dan berlomba siapa yang bisa mengingat lebih banyak benda di jendela pajang toko itu, dan Charlotte menganjurkan permainan sejenis ini saat berjalan-jalan di musim dingin. (Bagaimana alinea ini bisa dikontekstualkan di negeri dua musim seperti negeri kita? – Mod.)

Dalam cuaca hujan, anak-anak jangan ditutupi dengan baju-baju anti air yang tidak berpori-pori. Mereka baiknya diijinkan berbasah-basah lantas berganti baju kering kalau sudah tiba di rumah. Anak-anak suka bermain hujan dan berbasah-basah tidak akan merugikan kesehatan anak kecuali dia sedang demam, dan asalkan dia langsung berganti baju kering begitu dia sampai di rumah.
XIII – Kehidupan Suku Indian hlm. 88

Mempelajari keterampilan mencari jejak yang biasa dimiliki suku Indian sangat bagus untuk siapa saja. Charlotte merekomendasikan buku karya Baden Powell (bapak kepanduan dunia – Mod.) tentang Kepanduan (scouting). Mengamati burung dengan serius (bird stalking) juga suatu pengalaman yang mendidik. Seseorang harus bisa sangat diam tenang supaya bisa mengendap-endap cukup dekat untuk melihat seekor burung dengan jelas dan mengamati kebiasaan-kebiasaannya.
XIV – Anak-anak Butuh Udara Pedesaan hlm. 92

Di masa Charlotte ketika panas dan cahaya tergantung pada nyala api, udara di dalam ruangan biasanya berasap, maka sangat lebih penting bagi anak-anak untuk keluar rumah. Sekarang rumah kita tidak berasap, tetapi ada racun-racun yang berasal dari bahan-bahan kimiawi, elpiji bocor, asap kendaraan bermotor, dsb. Anak-anak juga butuh banyak cahaya matahari.

Dia berkata, orangtua sebaiknya tidak beranggapan bahwa “anak gendut adalah anak sehat”. Kemungkinan yang dia maksudkan adalah postur gendut karena anak-anak boleh makan apa saja yang mereka suka dan hidup santai karena punya pembantu yang mengerjakan tugas-tugas kasar. Lebih baik, katanya, adalah seorang anak dan pikiran yang tangkas dan mata yang berseri-seri karena tertarik pada alam sekitarnya.

Di zaman kita sekarang, makin banyak anak yang kegemukan (obese). Saya duga, Charlotte akan terbelalak cemas melihat begitu banyak anak setiap hari menyantap makanan cepat saji, permen, kue-kue, dan minum soda, dan menghabiskan waktu mereka di depan TV dan main video games.
__._,_.___
Bagian III – Kebiasaan Itu Sepuluh Kali Sifat Bawaan Lahir

I – Pendidikan Berdasar Hukum Alam hlm. 96

Pendidikan CM dilandaskan pada bagaimana cara terbaik manusia dalam belajar. Prioritas pertama adalah memastikan bahwa pengalaman-pengalaman belajar awal anak-anak usia dini adalah mengenal dengan baik segala sesuatu di sekitarnya, lingkungan di luar rumahnya. Berikutnya adalah membantu orangtua untuk memahami kekuatan kebiasaan dalam mendidik anak-anak. Kenyataannya, membentuk kebiasaan-kebiasaan sama dengan pendidikan dan pendidikan sama dengan membentuk kebiasaan-kebiasaan (the formation of habits is education and education is the formation of habits).
__._,_.___
II – Anak-anak Belum Mampu Membentuk Diri Sendiri hlm 98

Sejak masih jadi guru muda di sekolah, Charlotte sudah memperhatikan bahwa anak-anak yang punya prestasi baik pun ternyata tidak bisa melepaskan diri dari kelemahan-kelemahan karakter yang mereka miliki sejak lahir, sebaik apa pun pendidikan yang mereka terima.

Pendidikan agama membimbing anak dalam hal hukum agama dan memotivasi mereka untuk menaatinya, tapi walaupun anak ingin menjadi baik, hanya sedikit yang betul-betul berhasil mengendalikan diri. Mereka kurang memiliki daya dan kekuatan kehendak. Bukankah semustinya pendidikan bisa membantu anak-anak ini agar mampu menjadi tuan atas naluri-naluri mereka sendiri?

Sebagian dari masalahnya adalah bahwa setiap dorongan naluriah (impuls) harus diatasi dan diputuskan satu per satu (sehingga mental anak akan segera lelah dan menyerah – Mod.). Tapi anak bisa dilatih supaya sebagian besar dari dorongan impuls ini bisa diatasi dan diputuskan dengan cepat, bahkan tanpa harus berpikir panjang, yakni jika hal yang benar telah tertanam dalam diri mereka sebagai kebiasaan.
__._,_.___
III – Apa itu Sifat Bawaan Lahir (Kodrat/Nature)? hlm. 100

Charlotte suatu kali mendengar seorang pengkhotbah berkata: “Kebiasaan sepuluh kali lebih kuat daripada sifat bawaan lahir”. Baginya, mendengar konsep itu menjadi "Aha! moment".

Semua orang, tanpa memandang ras atau posisi sosial, terlahir dengan hasrat-hasrat yang sama. Rasa ingin tahu dan hasrat belajar, dan mengamati; hasrat untuk bermartabat yang membuat kita senang disanjung, melekat pada setiap orang. Semua orang juga rindu kasih sayang dan merasakan kegembiraan, kesedihan, ketakutan, dsb. Kita juga terlahir dengan hati nurani – suatu rasa kewajiban. Bahkan suku-suku paling liar sekalipun tahu bahwa berdusta, berkhianat, dan membunuh tanpa alasan adalah salah.

Manusia juga terlahir dengan kecenderungan pribadi terhadap kelemahan dan bakat tertentu, dan Charlotte bilang ini terkait dengan warisan genetik. Setiap orang punya kekhasan fisik yang bisa menjadi kelebihan ataupun keterbatasannya, mempengaruhi kekuatan semangat dan kehendak mereka. Haruskah seorang anak yang terlahir seperti itu dibiarkan bertumbuh seadanya sesuai kecenderungannya belaka? Tidakkah para orangtua semustinya membantu anak-anak mereka memanfaatkan sebaik mungkin bakat-bakat baik mereka dan mengatasi sifat-sifat bawaan yang kurang diharapkan? Tugas orangtua adalah “mengajari anak memiliki kendali atas sifat-sifat bawaan lahirnya sendiri”, sehingga ia bisa mengatasi kelemahan-kelemahannya.

Anak juga jangan dibiarkan mengikuti sifat baiknya sehingga jadi tak seimbang dan menghancurkan hidupnya sendiri. Bahkan sifat baik seperti kedermawanan bisa terlalu berlebihan dan bersifat merusak bagi hidup seseorang. Sangat tidak adil membiarkan seorang anak bertumbuh liar dan bebas, pasrah pada kasih karunia Tuhan untuk melenyapkan kelemahan-kelemahannya – ya, Tuhan bisa melakukan itu, tapi si anak harus melewati dulu hidup yang keras dan berbatu-batu, dia harus belajar sendiri dengan ongkos besar untuk mengendalikan diri jika orangtua tidak memberikan bimbingan.
__._,_.___
IV – Kebiasaan Bisa Menggantikan Sifat Bawaan Lahir hlm. 105

Kalau sifat bawaan lahir anak bisa memberi pengaruh kuat pada dirinya, kebiasaan bisa sepuluh kali lebih kuat. Sifat bawaan lahir seorang anak bisa jadi menentukan kebiasaan-kebiasaannya (anak yang kuat egonya mengembangkan kebiasaan serakah, anak yang penakut mengembangkan kebiasaan berdusta, dll.). Tapi seorang ibu bisa melatih anaknya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mengatasi sifat bawaan itu.

Sebetulnya seorang ibu *pasti* melatih anak-anaknya memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, bahkan sekalipun mereka tidak melakukannya secara sadar dan terencana – sikap ibu sehari-hari pada tetangga akan melatih anak menghakimi orang berdasar penampilan, misalnya – dan bukankah di rumah juga ada paling tidak 1-2 aturan yang harus ditaati anak? Ini menunjukkan kemampuan setiap ibu untuk melatih kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam diri anak-anaknya.

Dan kita tahu betapa karakter kita terbentuk lewat kebiasaan-kebiasaan, dan kebiasaan-kebiasaan itu cenderung menetap seumur hidup. Begitu kuatnya kebiasaan itu dalam diri pribadi kita.

Kalau saja orangtua bisa dengan sengaja-terencana memilih tindakan-tindakan mana yang kelak akan jadi kebiasaan dalam diri anak-anaknya, orangtua bisa mempengaruhi karakter anak mereka seumur hidup si anak.
V – Memasang Rel Kebiasaan hlm. 107

Sangat menakjubkan saat melihat sebuah gagasan berkembang dan masak sampai berbuah, seperti sebuah inspirasi yang menjadi sebuah novel yang seolah-olah menulis dirinya sendiri. Si penulis mungkin bahkan tidak tahu dari mana gagasan itu berasal. Dan tidak semua gagasan sebegitu menginspirasi – juga gagasan-gagasan buruk masuk ke dalam pikiran sama mudahnya seperti yang bajik dan juga bisa berkembang sampai berbuah. Di sinilah kebiasaan bekerja pula – kita cenderung berpikir sepanjang jalur-jalur pikiran yang biasa kita tempuh.

Kita orang dewasa barangkali bisa memperkirakan arah gerbong pikiran yang lewat di benak kita lantas menghentikannya supaya tidak melaju lebih lanjut, tapi seorang anak belum terampil melakukan ini seketika. "Ia bergantung kepada orangtuanya; orangtualah yang berperan memantik pikiran-pikirannya, hasrat-hasrat yang akan ia pupuk, perasaan-perasaan yang akan ia ijinkan." Namun sekali orangtua memantik semua itu, pikiran-pikiran tersebut akan terus hidup dalam bilik-bilik hati dalam benak si anak.

Sebagaimana kita semua adalah makhluk yang terbentuk oleh kebiasaan, orangtualah yang berperan besar menumbuhkan dalam diri anaknya kebiasaan untuk memikirkan hal-hal yang berharga, sehingga akan lebih sulit bagi si anak untuk mengubah kebiasaan itu menjadi kebiasaan berpikir jahat, dan kebiasaan-kebiasaan memikirkan hal yang baik ini bisa menjadi karakter anak. Charlotte mengumpamakan latihan ini seperti memasang rel-rel sebagai jalur kereta api dalam benak seorang anak, rel-rel yang akan menjadi jalur tempuh lokomotif dan gerbong-gerbong pikirannya.

Namun jika orangtualah yang memasang rel-rel kebiasaan berpikir dan bertindak dalam diri si anak, dan kebiasaan akan menjadi karakternya, tidakkah itu sama dengan merebut kebebasan berkehendak si anak? Tidak juga, sebab kebiasaan tetap akan memandu sebagian besar kehidupan si anak, entah kebiasaan itu sesuatu yang anak peroleh secara kebetulan (meniru teman sebayanya dan orang-orang di sekitarnya – Mod.) ataupun dilatihkan secara terencana oleh orangtua.
__._,_.___
VI – Fisiologi Kebiasaan hlm. 111

Charlotte menggunakan buku tulisan Dr. Carpenter untuk memberi ilustrasi bagaimana kebiasaan bisa menjadi karakter – jaringan otak selalu bertumbuh, dan jaringan baru cenderung bertumbuh mengikuti dan tergantung pada kebutuhan-kebutuhan saat itu. Dengan menciptakan sebuah kebiasaan, jaringan otak baru yang terbentuk akan mengakomodasi kebutuhan itu dan kemudian seolah-olah kebiasaan itu menjadi bagian kasat mata dari otak.

Otak seorang anak yang sedang belajar menulis akan menumbuhkan jaringan baru untuk memenuhi kebutuhan keterampilan itu. Hal yang sama terjadi pada otot-otot tangan yang akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru itu. Itu sebabnya anak-anak perlu belajar beragam keterampilan aktif seperti menari dan berenang supaya jaringan otak dan otot yang baru akan terbentuk, sehingga mengoptimalkan pertumbuhan otak dan badannya, yang kelak bermanfaat kalau dia ingin menekuni berbagai kegiatan dan minat.

Jaringan otak dan otot ini paling mudah bertumbuh di badan yang masih muda, dan seorang anak yang tidak mengembangkan beragam jaringan otak dan otot akan kesulitan menguasai keterampilan seperti itu di usia lebih lanjut, seperti tampak ketika kita coba mengajari seseorang yang hanya pernah bertani untuk memegang pena dan menulis.
VI – Fisiologi Kebiasaan (sambungan)

Karena kebiasaan menyebabkan tubuh mengembangkan jaringan baru, sangat penting bagi anak-anak untuk berpostur dan berucap suara dengan benar – kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak dihilangkan sejak awal akan menyebabkan tubuh menyesuaikan dirinya untuk melanggengkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu.

Bukan hanya kebiasaan-kebiasaan fisik, tapi juga kebiasaan-kebiasaan pikir akan mempengaruhi pertumbuhan jaringan tubuh. Anak yang membiasakan dirinya tidak bisa serius, ceroboh, atau tidak jujur akan mendapati bahwa amat sangat sulit mengubah karakternya di kemudian hari. Waktu untuk membetulkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu adalah semasa kanak-kanak. Bayangkanlah betapa indahnya jika kebiasaan berpikir mulia dan empatik diwujudkan dalam pertumbuhan jaringan otak anak-anak kita!

Oleh karenanya, adalah tanggung jawab siapa saja yang mendidik anak-anak untuk secara sadar melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik, perilaku maupun pikiran, dalam diri anak-anak ketimbang sekedar meyakini bahwa anak-anak kelak akan dengan sendirinya berhenti berkebiasaan buruk, atau justru membiarkan saja saat anak-anak mulai meniru kebiasaan buruk temannya atau orang di sekitarnya.
VII – Membentuk Kebiasaan: "Tutup Pintu" hlm. 119-124

Yang sulit bukanlah mengerjakan sesuatu, tapi memutuskan untuk mengerjakan sesuatu. Menunda-nunda membuat keputusan seperti itu akan mengarah pada kebiasaan berlambat-lambat (dawdling). Kebiasaan berlambat-lambat tidak bisa disembuhkan oleh hukuman atau hadiah, dan tidak akan hilang sekalipun anak bertambah umur. Kebiasaan baru harus dipelajari untuk menggantikannya. Seorang ibu yang baik akan mencurahkan waktu (bisa berminggu-minggu) untuk menyembuhkan kebiasaan buruk itu sama seriusnya seperti saat ia merawat sang anak supaya sembuh dari campak.
VII – Membentuk Kebiasaan: "Tutup Pintu" hlm. 119-124(sambungan)

Untuk menyembuhkan anak dari kebiasaan berlambat-lambat, ibu harus secara singkat membuat anak melihat “kesusahan-kesusahan yang pasti timbul” dari berlambat-lambat itu sehingga si anak ingin mengatasi kebiasaan buruknya. Sekali ibu mendapatkan kemauan bekerjasama dari anak, dia tinggal membuat peringatan-peringatan: “Si anak sedang siap-siap berjalan-jalan; dia melamun saat menalikan sepatu – jari-jarinya berhenti bergerak – tapi nuraninya tetap terjaga; dia tergerak untuk memandang ke atas, dan mata sang ibu memandanginya, penuh harapan dan menunggu-nunggu. Dia menanggapi harapan ibu dan melanjutkan gerakan jarinya; di tengah jalan, ketika akan menalikan sepatu yang sebelah, ada jeda lagi, kali ini lebih singkat; lagi-lagi dia memandang ibunya, dan lagi-lagi ia segera melanjutkan.” Setelah beberapa minggu, si anak tidak lagi berlambat-lambat dan kebiasaan buruk itu disembuhkan tanpa ada omelan (nagging) atau hukuman dari sang ibu.

"Setelah bincang-bincang pertama itu, sang ibu lebih baik menahan diri dari mengucapkan satu kata lagi mengenai hal itu, mata (yang penuh harap, bukan jengkel), dan ketika si anak jauh tenggelam dalam lamunannya, sedikit sentuhan lembuh, cukuplah menjadi sarana yang berhasil guna. Di sana-sini, ’Apa kamu yakin kamu bisa siap dalam lima menit hari ini – tanpa Mama?’ ‘Oh ya, Mama!’ ‘Jangan bilang ‘ya’ kecuali kamu benar-benar yakin.’ ‘Aku akan mencoba.’ Dan si anak mencoba, dan berhasil."
Sekali suatu kebiasaan telah tertanam, ibu harus sangat waspada untuk tidak membiarkan satu “kelalaian” pun yang akan mengembalikan anak ke kebiasaan lama. “Sekarang si ibu akan tergoda untuk melonggarkan upayanya – mengabaikan sedikit sikap berlambat-lambat karena si anak selama ini sudah berusaha sangat keras. Ini sangat fatal. Sebab, kebiasaan berlambat-lambat sudah terukir lama dalam substansi otak anak. Selama beberapa minggu kebiasaan baru mulai menggantikan jalur lama itu, jalur kebiasaan baru mulai terbentuk. Mengijinkan anak kembali ke kebiasaan lamanya adalah mengorbankan semua hasil yang diperoleh selama ini. Membentuk kebiasaan baru bisa dilakukan beberapa minggu, tetapi memeliharanya adalah suatu pekerjaan terus-menerus, dengan sangat teliti.”

Kebiasaan baru itu bagi si anak sendiri merupakan suatu kepuasan, tidak perlu ada hadiah (reward) yang perlu diberikan melampaui sukacita karena kebiasaan baru yang baik itu sendiri. Sebuah kebiasaan, yakni kebiasaan baik, menjadi suatu kesukaan nyata, dan ketika si anak sudah betul-betul memiliki kebiasaan tertentu, sang ibu mulai membayangkan bahwa si anak tentu lelah mempertahankan kebiasaan baik itu (karena teringat awal-awal pembentukan kebiasaan baru yang memang melelahkan – Mod.), sehingga ingin memberi hadiah atau mengijinkan sedikit ‘istirahat’ lalu si ibu mengijinkan si anak melanggar kebiasaan baru itu satu-dua kali …” lantas si ibu akan mendapati bahwa upaya membentuk kebiasaan baru itu gagal dan dia harus mulai dari awal lagi.

Charlotte memberi ilustrasi untuk metode membentuk kebiasaan ini dalam kisah tentang mengajari anak untuk selalu menutup pintu begitu meninggalkan ruangan. Untuk memperoleh pemahaman utuh, daripada meringkas saya akan mengutip seluruh kisah itu.
VII – Membentuk Kebiasaan: "Tutup Pintu" hlm. 119-124

“Budi,” panggil Bunda, suaranya cerah dan ramah, “Bunda ingin kamu mengingat sesuatu dengan sekuat tenagamu: jangan pernah masuk atau keluar dari suatu ruangan yang di dalamnya ada orang lain tanpa menutup pintu.”

“Tapi kalau aku lupa bagaimana, Bunda?”

“Bunda akan mengingatkanmu.”

“Tapi mungkin aku sedang buru-buru.”

”Pastikan kamu selalu menyempatkan untuk melakukannya.”

“Tapi kenapa, Bunda?”

“Karena tidak sopan membuat orang dalam ruangan itu merasa tidak nyaman.”

“Tapi kalau aku cuma masuk sebentar dan mau langsung keluar lagi?”

“Tetap, tutup dulu pintunya waktu kamu masuk; kamu bisa membukanya lagi waktu mau keluar. Menurutmu, kamu bisa ingat itu?”

“Kucoba, Bunda.”

“Bagus sekali, aku yakin kamu akan jarang lupa.”

Selanjutnya dua-tiga kali Budi ingat dan suatu ketika ia melesat keluar pintu, separuh jalan menuruni tangga, sebelum Bunda memanggilnya untuk kembali. Bunda tidak berteriak: ”Budi, ayo kembali ke sini, tutup pintu!” karena ia tahu panggilan semacam itu membuat anaknya kesal. Bunda berjalan ke pintu dan memanggil dengan suara ramah, “Budi!” Budi sudah lupa sama sekali soal pintu, dia bertanya-tanya apa yang Bunda inginkan, dan karena ingin tahu, ia kembali, mendapati Bunda sudah duduk dan melanjutkan pekerjaan seperti sebelumnya. Bunda mendongak, melirik ke arah pintu, dan berkata, “Bunda sudah bilang Bunda akan bantu mengingatkanmu.” “Oh ya, aku lupa,” kata Budi, martabatnya tidak jatuh, dan ia menutup pintu saat itu, dan saat berikutnya, dan berikutnya lagi. (bersambung)
VII – Membentuk Kebiasaan: "Tutup Pintu" hlm. 119-124

(sambungan; ringkasan terakhir menceritakan Budi yang belajar untuk memiliki kebiasaan baru (habit of manner): menutup pintu setiap kali masuk atau keluar ruangan, Bunda menjadi 'pengawal' agar kebiasaan ini betul-betul tertanam, namun bukan dengan cara yang otoriter.)

Tapi sobat kecil kita belum mampu benar mengingat terus kebiasaan baru ini, dan Bunda jadinya harus memakai berbagai cara dan sarana untuk mengingatkannya; tapi Bunda teliti dalam dua hal – bahwa Budi tidak akan keluar dari ruangan tanpa menutup pintu, dan bahwa Bunda tidak akan membiarkan kebiasaan baru ini menjadi penyebab perseteruan antara ia dan anaknya, karena Bunda bersikap sebagai sekutu yang membantunya untuk mengatasi ingatannya yang masih pendek. Waktu berlalu, setelah sekitar, katakan, dua puluh kali tidak pernah lupa menutup pintu, kebiasaan itu mulai terbentuk; bagi Budi menutup pintu sekarang sudah jadi hal biasa, dan Bunda menontonnya dengan sukacita saat ia masuk ke dalam ruangan, menutup pintu, mengambil sesuatu dari meja, lalu keluar, dan lagi-lagi menutup pintu.
Tahap Berbahaya -- Sekarang setelah Budi selalu menutup pintu, rasa girang dan kemenangan Bunda mulai bercampur dengan iba yang tak beralasan. ‘Anakku malang,’ batinnya, ‘betapa baiknya dia menanggung pengawasan seketat ini untuk soal seremeh itu, hanya karena ingin mematuhiku!’ Bunda salah kira bahwa, setelah proses panjang ini, Budi masih harus terus berupaya keras demi bundanya; Bunda terlupa pada fakta bahwa kebiasaan itu telah menjadi hal yang mudah dan alamiah, bahwa, sebetulnya, Budi menutup pintu tanpa lagi harus memikirkannya secara sengaja.

Kini datanglah momen kritis itu. Suatu hari Budi begitu tergesa-gesa sehingga kebiasaan menutup pintu, yang belum terbentuk sempurna, terlupakan sesaat dan tahu-tahu dia sudah menuruni separuh bagian anak tangga ketika dia sadar bahwa dia belum menutup pintu. Dia terhenti, hati nuraninya sedikit tertusuk, tidak cukup kuat untuk membuatnya kembali ke pintu, tapi dia sempat diam sesaat untuk menunggu apakah Bunda akan memanggilnya kembali. Bunda juga menyadari kelalaian Budi ini, tapi dia membatin: 'Anak malang, dia sudah begitu taat selama ini, biarlah untuk sekali ini dia bebas.' Budi yang ada di luar tidak mendengar panggilan dari Bunda, berkata pada dirinya sendiri -- satu kalimat fatal: 'Oh, tidak apa-apa!' lalu melenggang pergi.

Kali berikutnya, Budi kembali membiarkan pintu terbuka, tapi ini bukan karena lupa. Bunda memanggilnya kembali dengan suara lemah. Telinga Budi yang tajam menangkap ketidakseriusan dalam nada panggilan Bunda dan, tanpa kembali lagi, dia berseru, "Maaf, Bunda, aku sedang terburu-buru nih!" dan Bunda tidak memanggil lagi, membiarkannya pergi. Lagi-lagi dia masuk ke ruangan, membiarkan pintu terbuka lebar. "Budi!" amar Bunda. "Aku cuma sebentar kok, Bunda, langsung keluar," dan setelah sepuluh menit berkutat di dalam Budi keluar, dan lupa lagi menutup pintu. Kelonggaran yang tidak pada waktunya membuat Bunda kehilangan pijakan yang telah dengan susah payah ia bangun selama ini.
VIII -- Kebiasaan Semasa Bayi/Latihan Fisik hlm. 124

Saya akan meringkas bagian kebiasaan-kebiasaan semasa bayi tanpa banyak komentar. Sains telah menunjukkan bahwa anak-anak butuh banyak sentuhan kasih sayang, bukannya pengasuhan model zaman Victoria yang kaku dan steril, tapi Charlotte sedang merefleksikan zaman semasa ia hidup dan bagian ini harus dibaca dalam konteks itu.

Bayi-bayi harus dibesarkan dalam kebersihan dan ketertiban, mandi teratur dan jendel-jendela terbuka supaya bayi selalu menghirup udara segar. Ini melatih hidung bayi agar peka dan siaga pada setiap bau baru sesamar apa pun, yang bisa menyelamatkan hidupnya kelak misalnya di ruangan yang ada gas bocor.

Peralatan untuk bayi harus selalu rapi dan yang rusak dibetulkan supaya ia sejak dini terbiasa menganggap kerapian sebagai hal yang wajar. Mainan-mainan yang sudah bobrok sebaiknya disingkirkan. Anak-anak seharusnya bisa belajar merapikan mainannya sendiri sejak usia 2 tahun. Benda-benda milik mereka sebaiknya ditata manis, dan penataan artistik sangat dianjurkan, walaupun kita tergoda untuk berpikir bahwa bayi toh belum paham, namun sebetulnya selera artistiknya di masa depan sedang dibentuk. Sebaiknya pilih mainan-mainan dan buku-buku yang ‘berselera’ bukan yang asal-asalan, asal murah, dan sentimental (sering Charlotte istilahkan ‘vulgar’).

Bayi harus belajar sejak awal bahwa kesopanan adalah normal dan berlari ke sana kemari “seperti di Taman Eden” (alias telanjang) bukan hal yang patut. Anak-anak bukan hanya akan belajar sopan santun, tapi juga ketaatan dan penghargaan dengan mengikuti aturan ini.

Seorang anak sebaiknya punya jadwal tidur dan makan yang teratur.

Kemewahan Tak Berbayar 1 - Art & Bible


Sudah lama saya merindukan mempelajari Alkitab dengan suatu sensasi yang kuat seperti ketika membaca ugly duckling, sebuah karya dengan ide yang sangat bagus dan ilustrasi cat air yang sangat indah. Malam itu kami berkesempatan menikmati lukisan-lukisan mahakarya. Lukisan, menurut Charlotte Mason adalah sebuah bentuk pemikiran manusia yang bukan hanya harus indah, tetapi juga mengandung nilai moral dan intelektual.



Saya melihat mata Via berbinar-binar menikmati karya-karya Rembrandt. Saya membiarkannya memiliki waktu sendiri dengan setiap lukisan tersebut. Ketika Kami membuka lukisan Cross Raising, Via bertanya, "ma, Kenapa Yesus di salibkan?". Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal".
Setelah hari itu, betapa mudahnya membacakan kisah-kisah Alkitab kepada Via.
Charlotte Mason berkata, bahwa esensi pendidikan adalah bersifat spiritual. Kita sebagai orang tua bertanggung jawab menanamkan benih ke dalam benak anak. Benih itu dipercaya akan teerus bertumbuh. Saya berdoa, benih kasih Allah terus bertumbuh dalam hidup Via
Siapa bilang, belajar itu harus mahal? Kami menikmati lukisan mahakarya dan prinsip karya keselamatan Yesus secara gratis dan nyaman. Kalau begini, jangan minta saya memasukkan Via ke sekolah yang kering dan menjemukan ya! ^_^

Senin, 21 November 2011

A Charlotte Mason Education - A Home Schooling How-To Manual

A Charlotte Mason EducationA Charlotte Mason Education by Catherine Levison

My rating: 2 of 5 stars


Buku ini adalah buku paling ringan (baca : kering) dari semua buku mengenai pendidikan Charlotte Mason yang pernah aku baca. Bukunya cukup tipis, terdiri dari beberapa bab yang terdiri dari a how-to dari narasi, math, literature, bahasa asing, menulis indah, spelling, grammar, science, prakarya, Alkitab, apresiasi seni dan apresiasi musik. Masing-masing bab terdiri dari dua sampai empat halaman, sudah termasuk daftar buku yang dipakainya dalam mempelajari setiap subjek bab tersebut yang daftarnya akan aku posting kemudian. Di akhir buku, terdapat contoh jadwal mingguan pendidikan menggunakan metode Charlotte Mason untuk setiap gradenya. Dan hanya itu.

Kering, hanya berisi fakta-fakta kering, tanpa diselimuti bahasa literali, seperti ini nampaknya yang dimaksud CM sebagai textbook. Daftar bukunya mungkin bermanfaat (saya sendiri belum mendalami bagaimana kualitas buku yang dipakainya). Tapi saya sangat tidak menyarankan buku ini untuk mereka yang baru mencoba mendalami pendidikan ala Charlotte Mason mengingat CM bukan sekedar kurikulum yang tinggal comot langsung bisa dipakai, bukan juga sekedar memakai living book dalam proses pembelajaran dan banyak melakukan nature walk kemudian semerta-merta berkata bahwa itu cuku untuk menjadi CMer.

CM companion oleh Karen Andreola rasanya jauh lebih menggigit dalam mengupas metode CM ini. Jadi buku Levinson ini menurut saya, kalau diperoleh dengan harga murah, masih bolehlah untuk dimiliki, tetapi free e-book dari Sonya Safer masih dapat menjawab kebutuhan mengenal metode CM.



View all my reviews