Jumat, 18 November 2011

Kurikulum yang Kaya

"Having eyes, but not seeing beauty; having ears, but not hearing music; having mind, but not percieving truth; having hearths that never moved and therefore never set on fire. These are the things to fear in life" Toto-chan's school headmaster.



Membaca quote milik kepala sekolah Tomoe ini, tidakkah membawa perenungan untukmu? Karena itu membuatku merenung. Keinginanku untuk mendidik Via secara mandiri rasanya semakin diteguhkan. Melihat kurikulum yang hari-hari ini dipakai oleh kebanyakan sekolah. Dalam satu tahun, berapa lukisan mahakarya yang mereka nikmati? Berapa banyak musik hasil gubahan komposer besar yang mereka dengarkan? Berapa banyak textbook mereka yang memberikan pencerahan spiritual maupun gejolak pikiran dan pencerahan? Sayang sekali harus diakui, hal-hal yang ditakutkan oleh kepala sekolah Tomoe, terjadi di kebanyakan sekolah kita.

Charlotte Mason menawarkan suatu metode yang sangat kaya. Bagaimana tidak, alih-alih menggunakan textbook sebagai media belajarnya, CM memilih menggunakan buku utuh atau yang sering disebut "living book/real book". Living book terasa sekali enak dinikmati seperti ketika masuk subject sejarah. Selama ini banyak kita temui textbook pelajaran sejarah yang membosankan karena hanya berisi fakta yang kering seperti nama tempat, tokoh yang terlibat, dan peristiwa. Bukankah lebih menyenangkan ketika semuanya itu dibungkus dengan emosi para tokoh yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu, subject sejarah menjadi lebih hidup karena semangat heroik, takut, dan mungkin penghianatan menghiasi alur cerita. Cobalah baca ini atau ini. Bukankah itu lebih menarik untuk dibaca, dan bukankah itu menggugah hati dan mungkin mengobarkan suatu semangat?


Mengenai musik dan seni, Charlotte Mason menarik standard jangan pernah turun dari yang terbaik. Tidak heran, dalam kurikulum yang berkiblat pada metode CM akan kaya dengan pengenalan lukisan mahakarya dan musik-musik gubahan komposer besar dunia. Setiap term (4 bulan), model pendidikan yang berkiblat pada metode CM akan mengenal lebih dalam enam lukisan mahakarya dari satu pelukis dan juga enam musik gubahan dari satu komposer dunia.

Jadi, kenapa menyerah dengan sekolah dan paket kurikulum yang ada sekarang, sementara kita bisa menikmati indahnya kekayaan karya manusia dengan cara yang sangat indah dan menyenangkan (dan mungkin juga lebih murah dari banyak sekolah swasta di kota besar)?

Saya memilih untuk menghadirkan kekayaan karya Tuhan dan manusia kepada Via dalam proses pembelajarannya. Bagaimana denganmu? ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar